Archive for Mei 2014
1. Pancasila dalam Kontek Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
Pancasila
merupakan dasar filsafat negara Republik Indonesia. Berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari peran-peran kerajaan di masa lampau, seperti kerajaan Kutai, Sriwijaya,
Majapahit, sampai datangnya bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia yang
bermaksud untuk menjajah dan menguasai selama beratus-ratus tahun lamanya.
Berikut ini adalah kerajaan-kerajaan yang
turut memberi andil tentang pancasila
1.1 Kerajaan Kutai
Ditinjau dari sejarah Indonesia kuno, kerajaan kutai
merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Hal ini dibuktikanna dengan
ditemukannya 7 buah prasasti yang ditulis ditas yupa(tugu batu) yang ditulis
dalam bahasa Sansekerta dengan menggunakan huruf Pallawa. Berdasarkan
paleografinya, tulisan tersebut diperkiraka berasal dari abad ke-5 masehi.
Dari
prasasti-prasasti tersebut diperoleh informasi mengenai adanya sebuah kerajaan
Hindu bernama Kutai di hulu sungai mahakam. Selain itu prasasti itu sendiri dibuat
untuk memuliakan raja Kutai yang ketiga yaitu Mulawarman, yang dianggap sebagai
orang yang sangat mulia dan baik budinya. Hal itu terlihat dalam salah satu
prasasti, yang menyebutkan bahwa raja tersebut telah memberikan sumbangan
berupa 20.000 ekor sapi kepada para kaum brahmana. Berikut raja-raja yamg
berperan penting dalam pemerintahannya
1.1.1 Raja Kudungga
Adalah raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Dapat kita
lihat, nama raja tersebut masih menggunakan nama lokal sehingga para ahli
berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru
masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku.
Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi
kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja, sehingga penggantian raja
dilakukan secara turun temurun.
1.1.2 Raja Amawarman
Prasasti yupa
menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Pada masa
pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan
dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Upacara-upacara ini pernah
dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin
memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan
tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai.
1.1.3 Raja Mulawarman
Raja Mulawarman merupakan anak
dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Raja Mulawarman adalah raja
terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai
mengalami masa kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga
Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak.
1.2 Kerajaan Sriwijaya
Letak kerajaan Sriwijaya adalah di
Sumatra Selatan dekat Palembang sekarang. Kerajaan ini berdiri pada abad VII M.
Pusat kerajaan belum dapat dipastikan, tetapi sebagian besar para ahli
berpendapat bahwa Palembang sebagai pusat kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya
merupakan pusat agama Budha di Asia Tenggara seperti yang diberitakan oleh I
Tsing seorang musafir Cina yang belajar paramasastra Sansekerta di Sriwijaya.
1.3 Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang
berpusat di Jawa Timur, Indonesia,
yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini
mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan
raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada
masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Kerajaan
Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap
sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah
Indonesia.[2]
Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan,
hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Majapahit
melahirkan beberapa empu prapanca yang menulis buku Negara Kertagama (1365)
yang di dalamnya terdapat istilah “Pancasila”, sedangkan empu Tantular
mengarang buku Sutasoma yang didalamnya tercantum seloka persatuan nasional
“Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda namun tetap satu jua.
Selain itu Majapahit juga mengispirasi para pendiri bangsa yaitu bendera/panji
bercorak merah putih. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna
panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul Abang Putih) Pada tahun 1331
majapahit Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa yang berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya. Dengan berjalannya waktu, majapahit
runtuh pada permulaan abad ke-16 dengan masuk dan berkembangnya agama Islam. Kemudian
berdirilah kerajaan Demak, kerajaan demak adalah kerajaan bercorak islam
pertama di Indonesia.
Setelah itu
mulai berdatangan bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol untuk mencari
rempah-rempah. Pada akhir abad 16 Belanda datang ke Indonesia dengan membawa
bendera VOC (Verenigde Oast Insche Compagne) atau perkumpulan dagang. Setelah
itu datang Inggris pada abad ke-18 dan Jepang pada abad ke-19.
Janji
penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalh suatu kebohongan belaka.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ukang tahun Kaisar Jepang, penjajah
Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, janji ini diberikan karena
Jepang terdesak oleh tentara sekutu. Untuk mendapatkan simpati dan dukungan
dari bangsa Indonesia maka sebagai realisasi janji tersebut maka dibentuklah
suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia yaitu BPUPKI dan PPKI.
2. Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila
merupakan suatu ideologi yang dianut oleh negara Indonesia sebagai pandangan
dan pedoman bagi bangsa Indonesia. Pancasila ini telah terbentuk sejak
Indonesia merdeka yang disusun oleh presiden pertama sekaligus proklamator
negara Indonesia yaitu almarhum Ir. Soekarno.
Pancasila merupakan suatu kesatuan
yang utuh saling berhubungan, melengkapi, saling bekerja sama untuk
menyelesaikan suatu tujuan tertentu yang bersifat Organis Majemuk Tunggal. Hal yang
dimaksud dengan pancasila bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal adalah
dalam pancasila ini berarti memiliki hubungan antara kelompok sila yang ada
dalam pancasila dan bersifat erat. Hirarkis sendiri memiliki arti yaitu
pengelompokan / penggolongan.
2.1 Tuhan ( Causa Prima)
Sila pertama menjelaskan bahwa pada sila pertama itu
meliputi dan menjamin isi sila 2, 3, 4, dan 5, artinya dalam segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus dijiwai
nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa.
2.2 Manusia (zoon politicon)
Sila kedua tertulis kemanusiaan
yang adil dan beradab yang diliputi sila ke-1 dan isinya meliputi sila 3, 4,
dan 5, dalam sila ini terkandung makna bahwa sangat menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk tuhan yang beradab. Manusia merupakan makhluk monodualistis,
artinya salain makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial.
2.3 Satu (bhineka tunggal ika)
Sila ketiga tertulis persatuan
Indonesia yang diliputi dan dijiwai sila 1, 2 yang meliputi dan menjiwai isi
dari sila 4, dan 5, sila ini mempunyai makna yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
2.4 Rakyat
Sila keempat diliputi dan dijiwai
sila 1, 2, 3 yang meliputi dan menjiwai
isi dari sila kelima. Sila ini menjelaskan bahwa negara Indonesia ini ada
karena rakyat maka dari itu rakyat berhak mengatur kemana jalannya negara ini.
2.5 Adil
Sila kelima yang bertuliskan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu diliputi dan dijiwai oleh isi
dari sila 1, 2, 3, dan 4. Sila ini mengandung makna yang harus mengutamakan
keadilan bersosialisasi. Memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain
menjadi haknya.
3. Prinsip-prinsip filsafah pancasila
Pancasila
ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut :
3.1 Kausa Materialis
Maksudnya sebab yang berhubungan dengan
materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya
yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.
3.2
Kausa
Formalis
Maksudnya sebab yang
berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45
memenuhi syarat formal (kebenaran formal)
3.3 Kausa Efisiensi
Maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
3.4 Kausa Finalis
Maksudnya berhubungan
dengan tujuannya, tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
merdeka.
D.
Kajian Filsafat Pancasila
1. KAJIAN ONTOLOGIS
Secara ontologis kajian
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat
dasar dari sila sila Pancasila. Menurut Notonagoro hakikat dasar ontologis
Pancasila adalah manusia. Mengapa ?, karena manusia merupakan subyek hukum pokok
dari sila sila Pancasila.
Jadi secara ontologis
hakekat dasar keberadaan dari sila sila Pancasila adalah manusia. Untuk hal ini
Notonagoro lebih lanjut mengemukakan bahwa manusia sebagai pendukung pokok sila
sila Pancasila secara ontologi memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas
susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Juga sebagai makluk individu
dan sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makluk pribadi dan sebagai
makluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu, maka secara hierarkhis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
mendasari dan menjiwai keempat sila sila Pancasila (Kaelan, 2005).
3. Kajian EPISTIMOLOGI
Kajian epistimologi
filsafat pancasila dimaksudkan sebagai
upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini
dimungkinkan karena epistimologi
merupakan bidang filsafat yang membahas hakekat ilmu pengetahuan (ilmu tentang
ilmu). Kajian epistimologi Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Oleh karena itu dasar epistimologis Pancasila sangat berkaitan
erat dengan konsep dasarnya tentang hakekat manusia.
3. Kajian AKSIOLOGI
Kajian aksiologi filsafat
Pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai praksis atau manfaat suatu
pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Selanjutnya aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang
filsafat nilai Pancasila. Istilah nilai dalam kajian filsafat dipakai untuk
merujuk pada ungkapan abstrak yang dapat juga diartikan sebagai “keberhargaan”
(worth) atau “kebaikan” (goodnes), dan kata kerja yang artinya sesuatu tindakan
kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian ( Frankena, 229).
E. Ciri-ciri
Filsafat Pancasila